PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DALAM PERSPEKTIF Al-QURAN DAN HADIST
Oleh: Najamuddin, S.Ag,M.Ag
Abstraksi
Ada beberapa terminologi yang dipakai al-quran dalam membicarakan anak. Setidaknya kata ibn, walad, shobiyyun, thiflun,dan satu kata lagi secara implisit bermakna anak yakni dzurriyah . Al-qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam memuat berbagai petunjuk. Satu diantaranya pendidikan yang harus diberikan kepada anak terutama saat kelahiran. Pendidikan tersebut berupa; pendidikan tauhid, syukur, kesehatan dan kecerdasan.
Key Words : pendidikan, anak usia dini.
A. Pendahuluan
Ada beberapa istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-tarbiyat dan al-ta’lim ,kedua kata tersebut dipakai dalam Al-qur’an. Istilah ketiga yaitu al-ta’dib dapat ditemukan dalam Hadist Nabi. Adapun istilah yang keempat adalah al-riyadhoh yang satu ini hanya dipakai oleh Imam Al-Ghazali.
Dari berberapa defenisi yang dikemukakan oleh pakar dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam paling tidak mencakup tiga ranah; kognitif, afektif dan psikomotor yang dilakukan dengan pengajaran, pendidikan, dan pelatihan.
B. Pembahasan
1. Anak dalam Perspektif Al-Qur’an.
Paling tidak ada lima istilah yang dipakai Al-qur’an dalam menceritakan anak, yaitu ibn,al-walad,shobiyyun,dan thiflun. Ibn bentuk jamaknya adalah abna’. Menurut Al-Ashfahani, kata ibn diartikan sebagai suatu yang dilahirkan. Kata ibn di dalam Al-qur’an disebut 35 kali yang tersebar di dalam beberapa surah dengan arti yang berbeda sesuai dengan konteks kalimatnya. Pada umumnya kata ibn di dalam Al-qur’an mengacu pada status anak, baik disandarkan kepada nama bapak, nama Tuhan (Allah), ataupun sebutan lainnya. (Dr. Sahabuddin, MA.,2007)
Kata al-walad dengan segala derivasinya disebutkan sebanyak 102 kali dalam Al-qu’an dengan makna-makna yang berbeda sesuai dengan bentuknya. Ada 4 bentuk yang bermakna anak dalam Al-qur’an. Bentuk pertama yaitu al-walad:anak laki-laki, jamaknya adalah aulad yang pengertian dan penggunaannya tidak banyak berbeda
http://sumut.kemenag.go.id
dengan kata al-ibn. Bentuk kedua yaitu walidan (waktu masih anak-anak) disebut hanya sekali dalam Al-qur’an, yaitu dalam QS. Asy-Syu’ara’ 26:28. Bentuk ketiga yaitu al-wildan (anak-anak/anak-anak muda) disebutkan sebayak enam kali dalam Al-qur’an, empat kali dalam arti ‘anak-anak’ yaitu dalam QS. An-Nisa 4:75,98 dan 127, serta QS. Al-Muzzammil 73:17, sedangkan dalam QS. Al-Waqi’ah 56:17 dan QS. Al-Insan 76:19, keduanya berarti ‘anak-anak muda’; yaitu pelayan-pelayan surga dari anak-anak muda yang tetap muda selama-lamanya. Bentuk keempat yaitu maulud (yang dilahirkan/anak) terulang sebanyak tiga kali, yaitu dalam QS. Al-Baqarah 2:233 (dua kali) dan QS. Luqman 31:33. Ketiga kata maulud tersebut mempunyai arti yang berbeda, bergantung pada kata yang menyertai di belakangnya, seperti maulud yang berarti ayah/bapak karena disertai kata lahu yaitu dalam QS. Al-Baqarah 2:33, sedangkan dalam QS. Luqman 31:33 berarti anak karena tidak disertai oleh kata tersebut. (Dr. Sahabuddin, MA.,2007)
Penggunaan kata ibn dan walad dengan berbagai derivasinya di atas mempunyai arti anak pada umumnya baik dia masih anak-anak maupun sudah menjadi dewasa alias anak muda.
Selain kedua Istilah di atas Al-qur’an juga memakai kata sobiyyun,dan thiflun baik dalam bentuk tunggal maupun jamak. Kedua istilah ini cenderung berarti anak dengan usia yang masih dini. Kata sobiy dapat kita temukan dalam dua ayat pada surat Maryam;
Hai Yahya, ambillah [899] Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan kami berikan kepadanya hikmah [900] selagi ia masih kanak-kanak, (QS. Maryam;12)
Ibnu Katsir memahami ayat di atas bahwa Yahya putra Zakaria telah diberinya hikmah, ilmu dan pengetahuan, dianugerahinya rasa belas kasihan dan rahmat dari sisi Tuhan, disucikannya dari segala dosa selagi ia masih kecil.
Pada ayat yang lain;
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"( QS. Maryam; 29 ).
Adapun kata thiflun dalam bentuk tunggal ditemukan pada surat Al-Haj dan Surat An Nur;
…….. ……..
….Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan…, (QS. Al-Haj;5).
http://sumut.kemenag.go.id
... …
….atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita……. (QS. An Nur;31).
Jika kita cermati penggunaan istilah di atas dalam beberapa ayat berikut ini, maka penggunaan kata walad cendrung berkonotasi negatif alias menjadi ancaman bagi kedua orang tua, pemahaman ini dapat kita lihat dalam dua ayat berikut ini;
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.(QS At taubah;55)
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.(QS.Al-anfal;28).
Nada yang lebih ekstrim Allah berfirman;
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu [1479]. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka). Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S.At Thagobun; 14).
Data dilapangan memang menunjukkan adanya relevansi antara dua ayat di atas dengan realitas kehidupan sosial, jika kita mau mencermati prilaku anak-anak kita dewasa ini tanpa harus penulis uraikan data rill di lapangan dalam tulisan ini.
Berbeda dengan kata walad, kata ibn/banun mempunyai makna konotasi positif hal ini dapat ditemukan pada dua ayat berikut ini;
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.(QS. Al-Kahfi;46)
http://sumut.kemenag.go.id
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-furqon;74).
Fakta dan data juga membuktikan bahwa tidak sedikit anak menjadi kebanggaan orang tua dalam berbagai hal, baik itu menyangkut karakternya maupun prestasinya. Sejak usia dini hingga memasuki dunia orang tua sekalipun anak yang bersangkutan dilahirkan dalam taqdir yang kurang menguntungkan dimana orang tuanya dalam kondisi ekonomi lemah dan tidak berprofesi sebagai guru atau profesi terhormat lainnya.
Dalam konteks inilah Tuhan sudah mewanti-wanti bahkan dengan bahasa yang tegas agar para orang tua memberikan perhatian yang serius terhadap anak agar tidak masuk dalam kategori negatif seperti di atas. Perhatian atau perlakuan yang paling efektif untuk menjadikan anak menjadi generasi emas baik di dunia lebih-lebih untuk menghantarkan mereka ke surga adalah pendidikan. Pernyataan Tuhan yang cukup tegas tentang tangggung jawab kita terhadap masa depan anak dapat dilihat pada beberapa ayat berikut;
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS.at-Tahrim:6).
Pada ayat lain Allah berfirman;
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.( An Nisa;9)
كنُّكُىْ زَاعٍ ئََسْئُ لٌْٕ عَ زَعَِّٛخِِّ
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban
2. Pendidikan Saat Kelahiran sampai Berusia 7 hari
Usia dini adalah saat yang paling strategis untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan terhadap si buah hati, karena masa ini anak sudah dibekali potensi tauhid ketika masih berada dalam rahim sang ibu, sehingga sang belahan jiwa ini berada dalam keadaan suci. Hal ini dapat kita temukan pada ayat berikut ini;
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini
http://sumut.kemenag.go.id
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)", ( Q.S. Al-A’rof; 172)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa setiap bayi yang dilahirkan sudah membawa satu kontrak antara dirinya dengan Sang Khaliq. Setiap bayi bersaksi bahwa Tuhannya hanyalah Allah. Persaksian tersebut akan diabaikan oleh setiap individu yang dilahirkan jika tidak ditopang oleh pendidikan yang efektif dan komprehensif .
Dalam hadis Rasulullah juga ungkapkan;
كمّ ي ن د ٚ ند عم ا نفطس ة فبْ ب إ ٚ د ا اْ ٚ صُّس ا اْ ٚ جًّسب Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (H.R. Bukhori ).
Orang pertama yang paling bertanggung jawab terhadap kontinuitas tauhid anak adalah orang tua.. Maka pendidikan adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh orang tua tanpa dapat ditawar, jika tidak maka anak akan mengingkari fithrahnya selanjutnya akan tumbuh dan berkembang lari dari koridor agama.
Sebuah sya’ir Arab mengatakan bahwa ibu adalah sebuah madrasah bagi anak-anaknya;
ا لاْ وّ يد ز ست ا ذا اْ عد د ح بٓ اْ عد د ث شعبب طّٛب ا لاْ عس ا ق
ا لاْ وّ ز ض ا حع دٓ ا نحٛب بب نسّ اْ ز ق اْ ّٚ بً ا ٚس ا ق
ا لاْ وّ اْ سخب ذ الاْ سب حر ة ا لاْ ن شغهج يب ثس ىْ يد ا لا فب ق
Islam sudah mempunyai konsep yang sangat mulia dan komprehensif sejak anak dalam usia dini sebagai dasar dalam mempersiapkan dan membentuk generasi-generasi potensial dimasa mendatang. Diantaranya Islam menganjurkan pendidikan-pendidikan sebagai berikut ;
a. Mendidik anak untuk bersyukur.
Pendidikan yang dapat dilakukan dalam menyambut kedatangan sibuah hati adalah dengan menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat. Budaya ini disunatkan ajaran Islam bagi seorang muslim untuk menyegerakan ungkapan rasa kabar gembira dan mengucapkan selamat bagi saudaranya yang mendapatkan keturunan. Pendidikan yang ditanamkan dalam hal ini adalah untuk mensyukuri nikmat Allah dan juga untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan menyebarkan rasa cinta antar muslim.
Dan Sesungguhnya utusan-utusan kami (Malaikat-malaikat) Telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
http://sumut.kemenag.go.id
"Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama Kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth."Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, Maka kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub.(QS.Nuh;69-71).
Pada surat lain Allah berkata pada kisah Nabi Zakariya AS.
Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat[193] (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh".(QS. Ali Imran ;39)
Surat lain mengugkapkan :
Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.( QS. Maryam ; 7)
b. Mendidik anak untuk memiliki tauhid yang benar.
Ketika anak lahir Islam menyunatkan untuk dikumandangkan azan di telinga kanan dan iqomat di telinga kiri. sejak dini anak sudah dididik untuk beriman kepada allah dan Rasulullah serta melakukan ibadah mahdhoh yaitu sholat fardhu. Hal ini juga merupakan syi’ar Islam ketika dia memasuki dunia, sebagaimana kalimat tauhid ditalqinkan ketika menjelang akhir hidupnya. Hikmah lain yang terdapat dalam azan dan iqomah ini adalah terusirnya syetan dengan mendengarkan kalimat azan tersebut.
Hadis tentang mengazankan;
ع ا ب عبب س زضٙ ا لله ع بًُٓ اْ ا ن بُّّٙ صهّ ا لله عهٛ سهّى اْ ذّ فٙ اْ ذ ا نحس ب عُهٙ ٚ وٕ نٔد اْ لبو
فٙ اْ ذ ا نٛسسٖ
Jika tauhid anak tidak duduk sejak kecil, maka akan berpengaruh pada usia remajanya dan akan dikhawatirkan berakibat pada syirik, sementara doasa syrik tidak akan diampuni Tuhan. Allah berfirman dalam al-qur’an;
http://sumut.kemenag.go.id
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar( QS.an-Nisa’:47)
Rasulullah juga bersabda;
ا فخح إ عه صبٛب كَى اْ ل كه تً لا إ ن إ لاّ ا لله
Mulailah bacaan kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan La Ilaha Illallah. ( H. R. Al-Hakim).
c. Mendidik anak agar sehat dan cerdas
Agar anak menjadi sehat dan cerdas, seorang ibu harus memperhatikan makanan, minuman yang halal, bergizi, dan berprotein. Salah satu yang dianjurkan untuk dilakukan adalah memberikan air susu ibu (ASI). Allah berfirman;
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.(QS.al-Baqoroh:233)
Apakah rahasia dibalik masa penyusuan selama dua tahun ? Mengapa tidak satu tahun atau lebih dari dua tahun? menurut Al Manar dalam tafsirnya bahwa masa dua tahun ini adalah momentum pewarisan kecerdasan intelektual, hal ini juga diperkuat oleh seorang cendekiawan Prof. Dr. Andi hakim Nasution dalam buku pengantar ke filsafat sains.
d. Mendidik anak untuk mempunyai pisik yang prima.
Disunatkan bagi ibu untuk mengunyah kurma kemudian meletakkan sebagian kunyahan kurma kepada jari dan memasukkannya kepada mulut bayi serta menggerakkannya ke kanan dan ke kiri dengan lembut (padaihon). Tujuannya adalah untuk menguatkan otot mulut bayi dengan menggerakkan lidah bersama kunyahan dan
http://sumut.kemenag.go.id
tulang rahang bawah dengan jilatan sampai si bayi menyusui. ( Abdullah nasih ulwan,1994;77).
Dalil hadis lih. Kitab Nasih Ulwan
ع اْ بٙ ي س ز ضٙ ا لله ع لب ل : ند نٙ غلا و فبْ حٛج ب ا ن بُّّٙ صمّ ا لله عهٛ سهّى فس بًّ ا بسا ْٛى , ح كُ بخ سً ة, دعب ن بب نبس كت, د فع ا نٙ
Menurut pendapat Prof. Dr. Aznan Lelo bahwa nutrisi dari dua biji kurma sebanding dengan satu piring nasi secara umum ( Ceramah puasa dan kesehatan di TVRI). Secara kesehatan hal ini sangat penting bagi si bayi. Inilah barang kali rahasia kenapa kurma disunnahkan untuk dicicipi kali pertama pada buka puasa.
e. Mendidik anak untuk memiliki jasmani yang sehat dan peduli sosial.
Untuk mewujudkan ini Islam menyunatkan mencukur rambut bayi (sebagai symbol) pada hari ke tujuh disertai dengan sedekah atau kenduri masyarakat yang disertai dengan penabalan nama. Anjuran ini didapat pada hadis berikut;
حر بح ع فٙ ا نٛ و ا نسّب بع ٚحهك ز اْ س ٚس . ز ا اْ ح دً ا نخس ير Disembelihkan kambing untuknya pada hari ke tujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Cukur rambut adalah symbol untuk menyehatkan sang bayi, masih banyak yang dapat dilakukan oleh orangtua agar anak sehat.
C. Kesimpulan
Minimal empat terminologi anak dalam al-quran;ibn, walad, shobiyyun, dan thiflun.keempat terminologi ini mempunyai konotasi yang berbeda.kata ibn cendrung positif sementara kata walad berkonotasi sebaliknya. Kata shobiyyun dan thiflun bermakna netral.
Ada beberapa pendidikan yang harus diberikan kepada anak sejak lahir sampai berusia tujuh hari yakni; bersyukur, bertauhid(dengan mengazankan), pendidikan jasmani (fisik yang kuat), kesehatan, dan kecerdasan.
D. Rekomendasi
Direkomendasikan kepada Guru RA, Guru Matpel Al-Qur,an Hadist dan penyelenggara kedua jenis diklat tersebut.
http://sumut.kemenag.go.id
DAFTAR PUSTAKA
Amini, Ibrahim, Ta’lim wa Tarbiyat, terj. Ahmad Subandi dan Salman Fadhlullah,Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta; Al-Huda) 2006
Al-Iman al-Bukhori al-Ja’fary, Sahih al-Bukhari, jilid ke-7, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah),1992 M
An- Naisyabury, Iman al-Qusyairy, Risalah Qusyairiyah: Induk Ilmu Tasauf, (Jakarta: Risalah Gusti), 1997
Elfiky, Ibrahim, Quwwat al-Tafkir, Terj. Khalifurrahman n Taufik Damas, Terapi Berpikir Positif,(Jakarta; PT. Ikrar Mandiri Abadi),2010.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan,( Jakartaa; PT. Raja Grafindo), 2001
Jawad Nurbakhsy, Psikologi sufi, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru) 1992
Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir, terj. H. Salim Bahreisy dan H.Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir,jilid 5, (Kuala Lumpur:Victory Agencie),2003
langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: al-Husna Zikra), 2000
Muhammad, Ahsin Sakho dkk (Ed.), Ensiklopedi Al-Qur’an, ( Jakarta; PT. Kharisma Ilmu), 2007.
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya,(Bandung;Trigenda karya), 1993.
Nasih Ulwan, Abdullah, Tarbiyatul Awlad Fi Al-Islam,( Mesir; Darussalam),1994
Mahmud Yunus, At Tarbiyatu wa At Ta’lim (Gontor;Trimurti), tt
Tauhid, Zainuri dkk (Ed), Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pandangan Islam, (Jakarta; MUI),2005
Thalib,M, 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih,( Bandung; Irsyad Baitus Salam),1998.
http://sumut.kemenag.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar